Gambang kromong adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong tehyan dan kongahyan, gambang kromong sendiri di ambil dari dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya gambang kromong tidak lepas dari seorang pimpinan komunitas Tionghoa yang diangkat oleh Belanda (Kapiten Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740).

Gambang kromong merupakan musik tradisional perpaduan antara kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan pribumi di Jakarta sehingga di dalam gambang kromong kita akan mendengarkan nuansa Cina di dalamnya, itu dikarenakan adanya alat musik Cina yang berupa konghayan, tehyan dan sukong. Sementara alat musik khas pribumi adalah gambang ,kromong, kemor, kecrek, gendang kempul, dan gong –gong.

Gambang Kromong sebagai sekumpulan alat musik perpaduan yang harmonis antara unsur pribumi dengan unsur Cina. Orkes Gambang Kromong tidak terlepas dari jasa Nie Hoe Kong, seorang pemusik dan pemimpin golongan Cina pada pertengahan abad XVIII di Jakarta. Atas prakarsanyalah, penggabungan alat-alat musik yang biasa terdapat dalam gamelan (pelog dan selendro) digabungkan dengan alat-alat musik yang berasal dari Tiongkok.

Lagu-lagu yang di bawakan pada musik gambang kromong adalah lagu-lagu yang bersifat humor, penuh gembira, dan kadangkala bersifat ejekan atau sindiran, pembawaan lagunya di lakukan secara bergilir antara laki-laki dan perempuan sebagai lawan mainnya. Beberapa lagu-lagu yang di bawakan oleh seniman Betawi yaitu tukang rombeng, ngopi, es oblog dan macan kemayoran.

Dengan keadaan seperti itu gambang kromong masih tetap eksis sebagai suatu musik yang identik dengan masyarakat Betawi. Untuk saat ini pertunjukan seni musik gambang kromong mungkin belum mampu bersaing dengan musik-musik dari luar, beda halnya ketika ada inovasi-inovasi baru yang melekat pada seni musik gambang kromong yang membuat seni musik gambang kromong terlihat lebih modern, mungkin akan dilirik oleh kalangan muda agar dilihat dan diminati.


Komentar